Petani Milenial Parepare Diberdayakan Lewat Teknologi Irigasi dan Pupuk Organik: Solusi Urban Farming yang Berkelanjutan

Parepare, Sulawesi Selatan – Di tengah tantangan pertanian modern dan keterbatasan lahan di perkotaan, sekelompok anak muda dari Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Kota Parepare menunjukkan semangat baru dalam mengembangkan pertanian berkelanjutan. Melalui pelatihan inovatif yang menggabungkan teknologi irigasi sederhana dan pengolahan pupuk organik, mereka kini siap menjadi pelopor pertanian urban yang efisien, hemat air, dan ramah lingkungan.

Kegiatan pelatihan ini diselenggarakan oleh tim pengabdian dari Universitas Muhammadiyah Parepare dengan dukungan penuh dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UMPAR). Program ini terlaksana berkat pendanaan dari Hibah Riset Nasional Muhammadiyah Batch VIII Tahun 2024, yang disalurkan melalui Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dengan nomor hibah 0258.042/I.3/D/2025.

Pelatihan ini bukan sekadar teori, tetapi juga mengajak para peserta terjun langsung ke lapangan, merakit sistem irigasi tetes, dan mengolah limbah organik menjadi pupuk bernilai tinggi. “Tujuan kami sederhana: menjadikan lahan-lahan tidur milik persyarikatan sebagai ladang produktif yang bisa digarap anak muda. Dengan bekal teknologi tepat guna, mereka bisa bercocok tanam secara mandiri tanpa harus bergantung pada pasokan pupuk dan air berlebih,” ungkap Suherman, ketua tim pelaksana pelatihan.

Sebelum mengikuti pelatihan, sebagian besar peserta masih awam tentang prinsip konservasi air dan pengelolaan pupuk organik. Hanya 66% peserta yang mengetahui manfaat konservasi air, dan lebih dari 40% belum memahami sistem irigasi tetes. Namun hasilnya sangat menggembirakan. Usai pelatihan, 100% peserta memahami dan mampu mempraktikkan instalasi irigasi sederhana serta teknik fermentasi pupuk organik.

Tidak hanya itu, pelatihan ini juga membuka mata peserta tentang pentingnya pertanian sebagai solusi ekonomi dan ketahanan pangan di masa depan. “Kami ingin menjadi bagian dari gerakan pertanian hijau di kota. Kini, kami lebih percaya diri mengelola lahan yang sebelumnya terbengkalai,” kata salah satu peserta dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).

Kegiatan yang dikemas dalam suasana interaktif ini juga memanfaatkan teknologi digital. Peserta melakukan pre-test dan post-test secara daring melalui QR code, memperlihatkan bahwa pertanian pun bisa terintegrasi dengan teknologi modern yang dekat dengan dunia anak muda.

Menurut tim pelaksana, program ini berpotensi untuk direplikasi di kota-kota lain, terutama daerah yang memiliki lahan-lahan non-produktif dan komunitas pemuda yang belum diberdayakan secara optimal. “Ini bukan hanya pelatihan, ini adalah upaya regenerasi petani muda. Pertanian tak lagi identik dengan becek dan bau lumpur, tapi kini bisa dilakukan dengan pendekatan ilmiah, bersih, dan modern,” tegas Suherman.

Dengan semangat kolaboratif dan keterampilan baru yang mereka miliki, para peserta diharapkan dapat memulai proyek urban farming di lingkungan mereka masing-masing. Dalam jangka panjang, kegiatan seperti ini bisa memperkuat ketahanan pangan lokal sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi hijau (green economy) di perkotaan.

Bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *